Rabu, 13 April 2011

mamaku adalah kenikmatanku part 06

Tidak sampai 5 menit sejak kran shower dimatikan, mama muncul dari kamar mandi. Aku berpura-pura sibuk.
Bau wangi yang tidak asing lagi semakin lama semakin mendekat. Tiba-tiba aku dikejutkan oleh suara dibelakang.
“Papa online ngga?” tanya mama.
Alamak … aku kaget sekali dan hampir tidak percaya dengan apa yang aku lihat di sampingku. Mama tiba-tiba bertekuk lutut di sampingku sambil melihat layar monitor laptopku dengan tubuhnya yang setengah basah hanya terbungkus handuk sambil memegang baju kotornya. Aku sampai sempat melongo dengan tingkah mama malam itu. Selama ini belum pernah aku melihat kondisi mama yang seperti ini sewaktu aku masih di Indonesia. Bisa dikatakan kondisi mama saat itu setengah terlanjang. Bahu dan dada atasnya yang putih mulus tampak terlihat dengan jelas.
Aku berpura-pura cool atau bisa dikatakan sok cool. Seperti cuek aja dengan kelakuan mama malam itu.
“Nup, papa ngga online.” jawabku santai.
“Ehmmm … apa belum pulang papa dari kantor?” tanya mama heran.
“Coba aja mama sms papa.” jawabku lagi.
“Iya dah gampang. Mama mau coba packing oleh-oleh lagi deh.” serunya sambil meninggalkan ruang tamu, kemudian menuju kamar.
Aku memutuskan bahwa asumsiku tidaklah salah. Ini pasti ada unsur kesengajaan mama. Aku semakin penasaran saja apa sebenarnya rencana dia.
Otakku semakin berperang, batinku tidak tenang. Positive dan negative tidaklah lagi seimbang. Otakku semakin menjurus ke negative thinking.
Satu jam kemudian, suasana di dalam rumah menjadi hening. Aku tidak mendengar suara gaduh dari kamar tidurku. Yang aku dengar hanya kipas angin laptopku saja. Kulihat jam sudah lewat pukul 12 malam. Aku berjalan pelan-pelan menuju ke kamar, kulihat mama sudah tidur di atas ranjang dengan lampu yang masih menyala.
Aku mematikan laptopku, kemudian sikat gigi, bersiap-siap untuk tidur pula. Besok adalah hari yang panjang lagi. Banyak kegiatan dan aktifitas yang ingin aku lakukan dengannya. Kumatikan lampu kamar tidur, dan kemudian naik ke ranjang dan cepat-cepat menutup selimut.
Aku susah sekali untuk tidur, sudah 15 menit aku membolak-balikkan badanku, mencari posisi yang enak untuk tidur. Otakku yang sebelumnya berpikiran jorok, sekarang menjadi nakal. Entah ada dorongan dari mana, tiba-tiba aku ingin sekali menjahili mama malam itu.
Kucoba memepetkan tubuhku dengan tubuhnya dibalik selimut. Posisi tidur mama sedang terlentang. Perlahan-lahan tangan kananku mendarat ke paha kirinya. Aku diam sejenak seperti patung. Setelah mengatur nafasku, aku mencoba mengelus-elus paha kirinya dengan lembut. Aku kembali teringat kata-kata mama apabila pahanya dielus-elus memberikan kesan yang berbeda enaknya. Aku menjadi penasaran dan ingin tahu perasaan berbeda yang seperti apakah yang dimaksud mama pagi itu.
Setelah lama aku elus-elus paha kirinya, tidak ada reaksi yang berarti darinya. Kucoba naik sedikit mendekati pangkal pahanya. Untung saja malam itu mama mengenakan celana boxer yang sama seperti kemarin malam. Jadi mengelus-elus daerah paha atasnya atau daerah pangkal pahanya tidaklah sulit. Hanya beberapa menit saja, aku merasakan ada reaksi dari tubuh mama. Kedua kakinya mulai sedikit bergerak-gerak. Seperti menahan geli yang nikmat.
Aku semakin berani dan mulai sedikit kurang ajar. Seakan-akan berasumsi bahwa ini adalah lampu hijau, aku semakin nekat saja jadinya. Mr junior kembali menjadi tegak. Nafasku menjadi terputus-putus. Telapak tanganku berusaha mencapai pangkal paha kirinya, dan setelah merasa sudah mentok di sana, kujulurkan jari tengahku untuk menyelinap di balik celana dalam mama.
Ketika sampai pada mulut kemaluannya atau mulut vaginanya, aku merasakan jelas bulu pubis atau istilahnya jembut mama sudah basah, dan hanya dengan hitungan detik tiba-tiba … “Plakkk” … sakit sekali.
“TIMMY … kamu kok kurang ajar sekali ama mama.” bentak mama setelah menampar pipiku.
“Kamu ini belajar dari mana sampai kurang ajar seperti ini.” bentaknya lagi.
Aku tidak tahu harus bagaimana. Aku tidak bisa melihat wajah mama yang sedang marah karena suasana kamar telah gelap. Aku takut bercampur malu. Tapi rasa takutku lebih banyak daripada rasa maluku.
“Timmy … jawab pertanyaan mama. Kamu kok bisa kurang ajar ama mama.” desak mamaku.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar